Minggu, 08 Maret 2009

Perbedaan dikotil dan monokotil

Organ Tumbuhan

Diarsipkan di bawah: Struktur Tumbuhan — gurungeblog @ 3:50 am
Tags: , , , , , ,
anatomi-akar

Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun.
Sedang bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.

AKAR

Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut.

Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum, dinamakan kolumela.

1. Fungsi Akar
a. Untuk menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah
b. Dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
c. Menyerap air dam garam-garam mineral terlarut

2. Anatomi Akar


Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam.
a. Epidermis
b. Korteks
c. Endodermis
d. Silinder Pusat/Stele

a. Epidermis
Susunan sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral terlarut, bulu akar memperluas permukaan akar.

b. Korteks
Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.

c. Endodermis
Merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis dapat mengalami penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk seperti titik-titik, dinamakan titik Caspary. Pada pertumbuhan selanjutnya penebalan zat gabus sampai pada dinding sel yang menghadap silinder pusat, bila diamati di bawah mikroskop akan tampak seperti hutuf U, disebut sel U, sehingga air tak dapat menuju ke silinder pusat. Tetapi tidak semua sel-sel endodermis mengalami penebalan, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke silinder pusat. Sel-sel tersebut dinamakan sel penerus/sel peresap.

d.Silinder Pusat/Stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar.
Terdiri dari berbagai macam jaringan :
- Persikel/Perikambium
Merupakan lapisan terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari pertumbuhan persikel ke arah luar.
- Berkas Pembuluh Angkut/Vasis
Terdiri atas xilem dan floem yang tersusun bergantian menurut arah jari jari. Pada dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan kambium.
- Empulur
Letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan parenkim.

BATANG
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.

Jaringan Batang

Jaringan Batang

1. Batang Dikotil
Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
a. Epidermis
Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan Anguiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
d. Stele/ Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar.
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.

2. Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).

DAUN

anatomi-daun

anatomi-daun

Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.
Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah, untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada epidermis terdapatstoma/mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
2. Parenkim/Mesofil
Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan pagar) dan spons (jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang jaringan bunga karang sel-selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan pagar karena kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan bunga karang.
3. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di dalam tulang daun dan urat-urat daun.


MONOKOTIL PADA KELAPA SAWIT

Kelapa sawit (Elaeis guinensis) adalah tumbuhan monokotil dan merupakan bagian dari famili Palmae, subfamili Cocoinae, dan ordo Spadiciflorae. Genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani “elaion” yang berarti minyak. Nama spesies guineensis berasal dari nama pulau tempat asalnya yaitu pulau Guinea. Genus Elaies mempunya dua spesies yang lain yang berasal dari benua Amerika yaitu E. oleifera (H.B.K).

Kelapa sawit

Gambar Kelapa Sawit

Tidak ada varietas yang spesifik pada tanaman kelapa sawit. Meskipun demikian, tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan berdasarkan ketebalan dari kulit dan warna buahnya. Berdasarkan tersebut, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu: kelapa sawit berkulit tebal, berkulit tipis, dan kelapa tak berkulit (berkulit sangat tipis).

Kelapa sawit berkulit tebal misalnya varietas dura yang persentase kulitnya 20 – 40 % atau bahkan lebih tinggi. Ketebalan kulitnya adalah 2 - 8 mm. Proporsi kernelnya (inti) cukup besar yaitu 7 – 20 % sedangkan prosentase mesocarp-nya relatif rendah.

Kelapa sawit berkulit tipis misalnya varietas tenera yang proporsi kulitnya kira-kira 5-20% dan ketebalan kulitnya tipis (0,5 -3,0 mm). Kernel atau inti sawitnya lebih kecil daripada varietas dura yaitu 3-12% dari berat buah.

Kelapa sawit juga bisa diklasifikasikan berdasarkan warna buahnya sebagai berikut :

  1. Nigricens. Sebelum masak warnanya merah tua sampai hitam dan merupakan tipe kelapa sawit yang paling umum.

  2. Virescen. Sebelum masak berwarna hijau, setelah masak menjadi merah terang. Tipe kelapa sawit ini tidak banyak ditemukan.

  3. Albescen. Berwarna hitam saat dewasa dan mengandung sedikit atau tidak mengandung karotenoid. Jenis ini jarang sekali keberadaannya di alam.

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa, kacang-kacangan dan jagung. Selain menghasilkan minyak, hasil samping dari pengolahan buah kelapa sawit adalah bahan-bahan sebagai berikut :

  1. Ampas inti sawit (bungkil) digunakan sebagai makanan ternak.

  2. Cangkang atau tempurung (endocarp) digunakan sebagai bahan bakar yaitu arang aktif yang digunakan dalam industri kesehatan dan sebagai bahan pengeras jalan kebun.

  3. Batang dan pelepah daun sebagai bahan pembuatan practical board atau bahan mulching bila dibusukkan

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 220-320C. Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesocarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum, yaitu pada saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu (ripe). Kriteria kematangan yang cepat ini dapat dilihat dari warna kulit buah yang rontok pada saat tandan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memanen kelapa sawit adalah penentuan tingkat kematangan yang tepat, biaya panen, cara panen, frekuensi panen dan sistem pengangkutan yang digunakan (Ketaren, 1986). Kriteria kematangan kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah dan bentuk buah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Kriteria Kematangan Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah dan Bentuk Buah

Varietas

Warna Kulit Buah (Setelah Masak)

Nigriscens

Merah Kehitaman

Varescens

Merah terang

Albescens

Hitam

Variestas

Bentuk Buah

Dura

Tidak teratur, tempurung tebal

Delidura

Penampang bulat, tempurung tebal

Tenera

Penampang bulat, tempurung tipis

Pisifera

Penampang bulat, inti kecil

Panen kelapa sawit umumnya dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat. Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama - penyakit. Contoh kapasitas produksi kelapa sawit jenis dura:

  1. Umur tanaman 4 tahun hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha

  2. Umur tanaman 6 tahun hasil minyak = 1.000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha

  3. Umur tanaman 8 tahun hasil minyak = 1.600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha

  4. Umur tanaman 10 tahun hasil minyak= 2000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha

  5. Umur tanaman 12 tahun hasil minyak = 2250 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha.